AGAKNYA
tidak berlebihan mengatakan, tidak ada yang tidak akan dilakukan
perempuan demi kecantikan. Sejak masa 100.000 tahun yang lampau, kaum
hawa di berbagai pelosok dunia telah melakukan berbagai ritual yang
bisa dibilang ”gila” dan mencengangkan.
Simak
sejumlah fakta kecantikan aneh sepanjang sejarah, seperti terangkum
dalam buku 100.000 Years of Beauty dari L’Oreal berikut ini:
1.
Istilah untuk seorang make-up artis dalam hiroglif Mesir berasal dari
akar kata ‘’sesh” yang berarti ”untuk menulis, untuk mengukir.” Hal ini
dikarenakan urusan mengaplikasikan make-up merupakan sesuatu yang cukup
serius pada zaman dulu. Tingkat akurasi yang diperlukan untuk melukis
bibir sama tingginya dengan tingkat akurasi yang diperlukan untuk
menulis teks berupa sketsa simbol-simbol.
2.
Parfum merupakan hal penting bagi peradaban Mesir, dan digunakan baik
untuk kosmetik maupun keperluan medis. Sebagai contoh, Kyphi, salah
satu parfum Mesir yang paling terkenal dan terbuat dari bunga, madu,
anggur dan buah, juga dipersiapkan sebagai minuman untuk menyembuhkan
masalah paru-paru, usus, serta hati.
3.
Di Yunani kuno, pirang merupakan warna rambut favorit. Pasalnya, tidak
banyak orang Yunani yang terlahir dengan warna rambut pirang alami,
sehingga warna rambut pirang dianggap indah dan eksotis. Jadi tidak
heran jika lantas banyak perempuan Yunani yang mewarnai rambutnya
menggunakan ekstrak tumbuhan hingga arsenik! Mereka juga terbiasa
mencuci rambut dengan campuran abu, minyak zaitun, dan air.
4.
Urusan merawat kecantikan telah dilakukan kaum perempuan sejak zaman
dahulu kala. Jika kita sekarang mengenal salon sebagai tempat perawatan
kecantikan, perempuan di abad pertengahan menggunakan berbagai bahan
alami untuk merawat tubuh. Misalnya, susu yang mengental diaplikasikan
di atas jerawat, jus mentimun digunakan untuk menghilangkan
bintik-bintik pada kulit, sedangkan jelatang yang telah direbus
digunakan untuk menghaluskan kulit. Selain itu, kaum perempuan juga
berusaha menghilangkan kerutan dengan bantuan salep yang terbuat dari
lilin dan minyak almond, atau lemak buaya.
5.
Di periode Heian, kecantikan perempuan Jepang diukur berdasarkan
panjang rambutnya. Panjang rambut yang dinilai ideal pada masa itu
yakni hampir dua meter lebih panjang dari pinggang. Mungkin ukuran
inilah yang mengilhami teknologi hair extensions menjadi sangat
digemari saat ini.
6.
Pada era Renaissance, perempuan Itali menciptakan lipstik merah dan
perona pipi dengan cara mencampurkan pewarna makanan merah, cendana
atau sinabar, dengan lilin atau minyak. Proses pengaplikasiannya bisa
dibilang rumit, namun warna merah yang dihasilkan bisa awet hingga
lebih dari seminggu, bahkan jika wajah dibasuh setiap hari.
7.
Bagi perempuan Spanyol di zaman keemasannya dulu, memiliki kulit putih
dan mulus bak porselen merupakan nilai ukur kecantikan. Untuk
mempertahankan kulit mulusnya, mereka bahkan rela memakan tanah liat,
meskipun berisiko menderita anemia atau klorosis. Di akhir abad ke-18,
anggota kekaisaran Perancis seperti Marie Antoinette juga terobsesi
memiliki kulit mulus bak pualam. Mereka melakukan trik dengan
mengaplikasikan lapisan tebal bubuk putih yang terbuat dari timah putih
hingga talk–silikat magnesium terhidrasi untuk melumatkan tulang–yang
dikombinasikan dengan lilin, lemak ikan paus, atau minyak sayur untuk
menciptakan rias wajah berminyak yang melekat pada kulit.
8.
Lipstik dianggap sebagai benda terpenting bagi perawat perempuan dalam
angkatan bersenjata selama Perang Dunia II. Pertama, lipstik berguna
untuk mengingatkan kaum perempuan bahwa mereka tetaplah perempuan
selain sebagai anggota militer. Kedua, barangkali ada hubungannya
dengan efek menenangkan yang ditimbulkan bibir berlipstik terhadap
tentara laki-laki.
sumber: http://tidakmenarik.wordpress.com/2010/01/20/delapan-fakta-sejarah-kecantikan-yang-aneh/