KH Achmad Munib Sang Anti Pancasila
Friday, January 8, 2010
Nama KH Achmad Munib menjadi pembicaraan akhir-akhir ini, kali ini mencoba membahas lebih panjang lebar mengenai KH Achmad Munib yang melakukan dakwah Anti Pancasila.
Ajaran nyleneh KH Achmad Munib ini sebenarnya telah dimulai sejak 20
tahun yang lalu. Penolakan ini disampaikan secara terang-terangan baik
saat mengisi pengajian di masjid miliknya, maupun di tempat lain.
Penerapan
hukum dengan Pancasila dinilai oleh KH Achmad Munib, bertentangan
dengan syariat Islam. Sehingga bila tidak menggunakan syariat Islam
dalam kehidupan sehari-hari, dia mengategorikan sebagai orang kafir.
Bahkan,
pada saat itu, Kiai Munib - panggilan KH Achmad Munib - sempat
mempunyai 150 santri. Namun para santri akhirnya berhenti dengan
sendirinya ketika Kiai Munib mulai menutup diri dan tidak menerima tamu.
Tulisan
anti Pancasila juga terdapat di pintu teras masuk rumah yang kondisinya
digembok rapat dan sudah berkarat. Tulisan arab dengan warna biru jelas
terlihat. "Anti Pancasila Kewajiban Kita Umat Islam". Bahkan, kalimat serupa juga ada di tembok depan masjid Nurul Falah yang dibangun kiyai anti Pancasila tersebut. Jaraknya sekitar 50 meter dari rumahnya.
Setiap
orang yang masuk masjid tersebut tidak akan menduga jika tulisan arab
yang ditulis dengan huruf kaligrafi berwarna biru yang dikelilingi Ayat
Kursi terdapat kalimat "Anti Pancasila Kewajiban Kita Umat Islam".
Kalimat tersebut bukan nama sebuah masjid, sebab di atas sebelah utara
masjid bertuliskan, "Masjid Nurul Falah". Masjid tersebut digunakan
untuk umum.
Sikap MUI selama ini
Menurut
MUI, ajaran KH Achmad Munib tidak menyimpang. Ajaran anti Pancasila
yang dilakukan KH Achmad Munib sama dengan ajaran agama Islam pada
umumnya. Praktek ibadah dan perilaku setiap harinya tidak menyimpang
dari Hadist dan Al-Qur'an.
Masjid Nurul Falah
Meski
mengajarkan anti Pancasila, Ketua MUI Kecamatan Dasuk, Sumenep, KH
Syamsul Arifin menganggap ajaran agama yang disampaikan KH Achmad Munib
tidak ada yang aneh. "Hanya menyatakan Anti Pancasila dan mempunyai
keinginan mendirikan negara Islam," ujar Syamsul Arifin.
Ajaran
anti Pancasila, kata dia, tidak berdampak pada masyarakat sekitar.
Bahkan, warga sekitar menilai jika ajaran yang diberikan kiai Munib hal
yang aneh tidak perlu diikuti. "Warga tidak mengikuti pemahaman Anti
Pancasila itu, namun tidak berani merusak tulisan yang ada di masjid,"
ungkapnya.
Syamsul
yang juga seorang tokoh masyarakat ini menilai jika yang bersangkutan
khilaf. Artinya, apa yang disampaikan tidak harus diikuti oleh orang
yang normal pada umumnya, dan tidak ada pengikutnya soal anti Pancasila
itu. "Namanya orang khilaf mau diapakan? Ya biarkan saja. Lingkungannya
juga tidak berdampak," tegasnya.
Sementara,
salah seorang anggota DPRD Sumenep, A Samsul Rizal, mengatakan kiai
yang mengaku anti Pancasila itu tergolong kiai Jadap, atau salah
seorang yang kehidupannya antara khilaf dan waliyullah. "Apa yang
disampaikan menjadi tanda-tanda dan sulit untuk dilogikakan. Namun,
soal anti Pancasila juga tidak ada pengaruh pada lingkungan," kata
Samsul saat ditemui di kantornya, Jalan Trunojoyo.
Masyarakat
sekitar, tambah dia, tidak mau untuk membicarakan kiai tersebut yang
berkaitan dengan Pancasila. Sebab diyakini akan terjadi konsekwensi
tersendiri. Konsekwensi itu terjadi secara ghaib. "Warga yang tidak
suka dengan ideologi anti Pancasila itu ya tidak mau membicarakan,
mereka membiarkan saja," pungkasnya.
Sikap Polisi
Aparat
kepolisian bukan tidak tahu keberadaan KH Achmad Munib, yang menyatakan
anti Pancasila. Namun karena ajaran itu tidak berdampak pada lingkungan
sekitar, maka polisi belum perlu mengamankan yang bersangkutan.
WakaPolres
Sumenep, Kompol Achmad Husin, menjelaskan, setiap warga negara harus
punya ediologi sesuai dengan yang berlaku di negara Indonesia. Jika ada
yang tidak mengakui perlu dipertanyakan.
Namun,
keinginan untuk mendirikan negara Islam dan menyatakan anti Pancasila
merupakan hak individu. "Selama keinginan itu tidak berdampak pada
warga dan tidak ada pengikutnya, biarkan saja," kata Kompol Achmad
Husin.
Menurut
dia, bila yang bersangkutan berdakwah dan merekrut orang lain, maka
yang bersangkutan tetap salah dan perlu penyelidikan. "Sampai saat ini
Sumenep aman-aman saja," ujarnya.
Seperti
diberitakan sebelumnya, KH Achmad Munib yang tinggal di Desa Beluk
Kenek, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep, Madura mempunyai ajaran
yang sedikit nyleneh. Dia selalu berdakwah anti Pancasila, karena
berniat mendirikan negara Islam.
sumber: http://www.warungbebas.com/2010/01/kh-achmad-munib-sang-anti-pancasila.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar